Senin, 08 Januari 2018

Inovasi Pada Aplikasi Transportasi Online di Indonesia

Sungguh sangat menarik saat melihat perkembangan tren bisnis transportasi online roda dua berbasis aplikasi selama 3 tahun terakhir ini. Semakin banyak merek yang bermunculan, mulai dari yang lokal seperti Go-Jek, Blu-Jek, LadyJek, TopJek dsb, maupun yang merek impor dari negara lain seperti Uber Motor & Grab Bike.

Meskipun bisnis transportasi online roda dua berbasis aplikasi ini masih memiliki potensi perkembangan yang sangat menggiurkan, namun tidak banyak pula merek lokal yang bisa bertahan akibat kerasnya persaingan dan perbedaan permodalan.

Apabila kita amati, beberapa merek lokal yang saya sebutkan sudah ada yang tidak lagi beroperasi, setidaknya saat tulisan ini dibuat dapat dilihat website mereka masih down, akun medsos mereka juga sudah lama tidak aktif dan armada drivernya sendiri sudah tidak pernah saya lihat lagi di jalan raya.

Memang ada beberapa faktor yang mungkin bisa dijadikan alasan kalah bersaingnya merek lokal baru dengan yang sudah lama maupun merek yang dari luar negeri, seperti user interface yang kurang enak bagi pengguna, jumlah driver yang tersedia kalah banyak dari pesaing, aplikasi yang error melulu, sampai perbedaan besarnya subsidi yang diberikan perusahaan kepada para driver dan usernya masing-masing.

Di Indonesia saat ini, keunggulan persaingan perusahaan startup masih lebih banyak tergantung kepada besarnya dana subsidi yang berani dan sanggup dikucurkan oleh perusahaan untuk usernya. Akibat masih besarnya ketergantungan loyalitas masyarakat kepada sebuah merek berdasarkan dari keuntungan subsidi yang diterima.

Adapun model bisnis startup tidak dapat dibandingkan secara head on dengan model bisnis konvensional, hal ini terlihat dari fokus utama model bisnis startup yang membidik jumlah user aplikasinya sehingga valuasi nilai perusahaan semakin meningkat dan sahamnya dapat dijual dengan nilai yang jauh lebih besar lagi, berbeda dengan model bisnis konvensional yang masih berupa omzet dikurangi HPP hasilnya adalah laba bersih. Handicap subsidi antara bisnis konvensional dan bisnis startup sangatlah berbeda jauh, karena yang difokuskan juga berbeda.

Pada akhir tahun lalu (2016), Go-Jek dan Grab juga banyak mendapatkan protes dari drivernya masing-masing akibat besarnya perbedaan penghasilan yang diterima driver, lumayan berbeda jauh dari saat pertama Go-Jek dan Grab banyak memberikan subsidi kepada driver.

Lantas bagaimana peluang merek lokal baru untuk dapat bersaing, tumbuh dan survive ditengah persaingan dengan para pemain besar?

Salah satu peluang untuk bertahan dan berkembang adalah memulai dari menguasai market spesifik maupun niche market yang belum sempat terpikirkan ataupun belum difokuskan oleh para pemain besar.

Para pemain baru juga dapat berfokus menjadi local champion di daerahnya masing-masing mengingat para pemain besar saat ini lebih banyak sibuk bersaing dan menggelontorkan subsidi di ibukota. Sehingga kebanyakan user dan driver di daerah sudah tidak lagi mendapatkan subsidi besar seperti beberapa tahun yang lalu.
           
Setelah menjadi local champion didaerahnya sendiri, barulah merek lokal baru bisa mulai mengembangkan sayapnya dengan merambah pasar nasional. Namun lebih baik apabila mulai mencari investor dan pendanaan jauh – jauh hari sebelum bergerak secara nasional, mengingat mudahnya para pemain lain untuk meniru inovasi baru yang dibuat.
Meskipun sudah tergolong sebagai pemain besar alias startup Unicorn, Hal serupa juga dilakukan oleh Go-Jek dalam menghadapi persaingan dengan Uber dan Grab.

Go-Jek sudah banyak berekspansi membidik niche market yang tidak digarap oleh para pesaingnya. Selain berinovasi dan membidik niche market dengan produk Go-Box, Go-Tix, Go-Med, Go-Glam, dsb. belakangan ini Go-Jek sempat membuat pernyataan bahwa jumlah user yang menggunakan Go-Pay sudah mencapai lebih dari 50% dari user yang terdaftar. Go-Jek semakin agresif meningkatkan kemampuan serta fitur layanan uang elektronik Go-Pay.

Setelah beberapa saat lalu membuat terobosan baru dengan memudahkan pengguna untuk melakukan transfer saldo, sekarang Go-Pay bisa dipakai untuk tarik uang tunai. Hal ini sungguh sangat menarik, karena Go-Pay semakin dikembangkan Go-Jek menjadi media pembayaran yang dapat digunakan untuk segala kepentingan. Dan ini akan sungguh memudahkan sehingga jumlah penggunanya akan semakin banyak lagi.

Kedepannya Go-Jek memiliki peluang besar untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada bisnis tranportasi online dua roda saja. Go-Jek juga sudah bekerjasama dengan platform ecommerce lokal raksasa seperti Tokopedia untuk memberikan layanan antar via Go-Send, sebuah hal yang belum dilakukan juga oleh para pesaingnya yang lain.

Hal ini tentunya memberikan boost signifikan terhadap peningkatan pengguna go-jek secara nasional, mengingat jumlah pengguna platform ecommerce raksasa seperti tokopedia juga sudah termasuk jutaan user.

Dalam menghadapi kompetisi dengan sesama pemain baru dan juga pemain besar, seorang pemain baru dalam bisnis roda dua online ini harus bisa pandai-pandai bermain dalam scope yang belum difokuskan oleh para pemain besar, sebisa mungkin ciptakanlah market baru dan fokuslah di sana. Ciptakan value yang sangat diinginkan dan dibutuhkan oleh para user. Tidak harus menciptakan value yang benar-benar baru, tetapi dapat juga memodifikasi value yang sudah diberikan kompetitor dengan bentuk yang lebih baik lagi.Be a local champion first, then the national champion soon.

Dalam model bisnis ekonomi kreatif semacam ini, segalanya masih bisa terjadi. Pemain utama yang sudah menjadi market leader dan memiliki jumlah modal raksasa bisa – bisa saja terjungkal terhadap pemain baru yang paling disruptif dan memberikan value yang paling diinginkan/dibutuhkan para user.

Apabila Melihat perkembangan peraturan pemerintah yang baru saja menerapkan tarif bawah dan tarif atas untuk taksi online roda empat, saya memprediksi kemungkinan besar belum akan ada aturan serupa untuk transportasi online roda dua, setidaknya tidak dalam waktu dekat. Hal ini juga dapat menjadi angin segar yang membuat persaingan model bisnis ini semakin menarik. Siapakah nantinya yang akan menjadi goliath baru dalam model bisnis ini nantinya? Hanya waktu yang akan menjawab.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar